II
PEMBAHASAN
1.
PANDANGAN
KAUM
BEHAVIORAL TERHADAP HAKIKAT
MANUSIA
Pandangan
behavioral disasarkan pada pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yang
menekankan pada pentingnya pendekatan sistematik dan terstruktur pada konseling
(Rosjidan,1994, p. 8). Pendekatan behavioral berpandangan bahwa setiap tingkah
laku dapat dipelajari. Proses belajar tingkah laku adalah melalui kematangan
dan belajar (Rosjidan, 1994,p. 10). Selanjutnya tingkah laku lama dapat diganti
dengan tingkah laku baru. Manusia dipandaang memiliki potensi untuk berperilaku
baik atau buruk, tepat atau salah. Manusia mampu melakukan refleksi atas
tingkah lakunya sendiri, dapat mengatur serta mengontrol perilakunya dan dapat
belajar tingkah laku baru atau dapat mempengaruhi perilaku orang lain.
1. Respon tidak selalu ditimbulkan
oleh stimulus, akan tetapi lebih kuat oleh pengaruh penguatan (reinforcement).
2. Lebih menekankan pada studi
subjek individual dibandingkan generalisasi kecenderungan kelompok.
3. Menekankan pada penciptaan
situasi tertentu terhadap terbentuknya perilaku dibandingkan motivasi di dalam
diri.
Para konselor behavioral memandang kelainan perilaku sebagai kebiasaan yang
dipelajari. Karena itu dapat diubah dengan mengganti situasi positif yang
direkayasa sehingga kelainan perilaku berubah menjadi positif.
2.
KARAKTERISTIK DAN ASUMSI DASAR KONSELING BEHAVIORISTIK
A. Konsep Dasar Konseling
Perilaku dipandang sebagai respon terhadap stimulasi atau perangsangan
eksternal dan internal. Karena itu tujuan terapi adalah untuk memodifikasi
koneksi-koneksi dan metode-metode Stimulus-Respon (S-R) sedapat mungkin.
Kontribusi terbesar konseling behavioral adalah bagaimana memodifikasi perilaku
melalui rekayasa lingkungan sehingga terjadi proses belajar untuk perubahan
perilaku.
Dasar teori konseling behavioral adalah bahwa perilaku dapat dipahami
sebagai hasil kombinasi :
1. Belajar waktu lalu hubungannya
dengan keadaan yang serupa
2. Keadaan motivasional sekarang dan
efeknya terhadap kepekaan lingkungan
3. Perbedaan-perbedaan biologic baik
secara genetic atau karena gangguan fisiologik.
Dengan eksperimen-eksperimen terkontrol secara seksama maka menghasilkan
hokum-hukum yang mengontrol perilaku tersebut.
B. Karakter Konseling Behavioral
Karakter konseling behavioral adalah sebagai berikut:
1. Kebanyakan perilaku manusia dapat
dipelajari dan karena itu dapat dirubah.
2. Perubahan-perubahan
khusus terhadap lingkungan individual dapat
membantu dalam merubah perilaku-perilaku yang
relevan; prosedur-prosedur konseling berusaha
membawa perubahan-perubahan yang relevan dalam perilaku konseli
dengan merubah lingkungan.
3. Prinsip-prinsip
belajar sosial, seperti misalnya “reinforcement”
dan “social modeling”, dapat digunakan untuk
mengembangkan prosedur-prosedur konseling.
4. Keefektifan konseling dan hasil
konseling dinilai dari perubahan-perubahan dalam perilaku-perilaku khusus
konseli diluar dari layanan konseling yang diberikan.
5. Prosedur-prosedur
konseling tidak statik, tetap, atau ditentukan
sebelumnya, tetapi dapat secara khusus
didisain untuk membantu konseli dalam memecahkan masalah
khusus.
Penggunaan
istilah behavioral counseling pertama kali dikemukakan oleh Krumboltz
dari the Stanford University pada tahun 1964. Pada decade 1950an
pengalaman konseling merupakan filsafat hidup yang menekankan pada segi
hubungan dan setting wawancara. Dapat dikatakan bahwa konseling kurang
memperhatikan metedologi ilmiah seperti observasi dan eksperimen. Hubungan
konselor dan konseli dipandang sebagai metode konseling atau jantungnya
konseling (Rosjidan, 1994, p. 4). Pada kenyataannya, konseling membutuhkan
penguasaan metode dan teknik-teknik ilmiah yang melandasi konselor dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses konseling.
Ciri-ciri
utama konseling behavioral yang dikemukakan oleh Krumboltz (1965) adalah
sebagai berikut:
·
Proses pendidikan
Konseling merupakan
proses pendidikan. Dengan kata lain, konseling membantu konseli mempelajari
tingkah laku baru untuk memecahkan masalahnya. Konseling menggunakan
prinsip-prinsip belajar dan prosedur belajar yang efektif untuk membentuk
dasar-dasar pemberian bantuan kepada konseli (Rosjidan, 1994, p. 5-6).
·
Teknik dirakit secara
individual
Teknik konseling yang
digunakan pada setiap konseli berbeda-beda tergantung pada masalah dan
karakteristik konseli. Dalam proses konseling, penentu tujuan konseling, proses
asessmen, dan teknik-teknik dibangun oleh konseli dengan bantuan konselor
(Rosjidan, 1994, p. 6).
·
Metodologi ilmiah
Konseling behavioral
dilandasi oleh metode ilmiah dalam melakukan asesmen dan evaluasi konseling.
Konseling menggunakan observasi sistematis, kuantifikasi data dan control yang
tepat (Rosjidan, 1994, p. 6).
Pendekatan behavioral didasari oleh pandangan ilmiah
tentang tingkah laku manusia yaitu pendekatan yang sistematik dan teratur dalam
konseling. Pandangan ini melihat individu sebagai produk dari kondisioning
sosial, sedikit sekali melihat potensi manusia sebagai produser lingkungan
(Corey, 1986, p. 175). Pada awalnya pendekatan ini hanya mempercayai hal yang
dapat diamati dan diukur sebagai sesuatu yang sah dalam pengukuran kepribadian (radical
behaviorism). Kemudian pendapat ini dikembangkan lebih lanjut yang mulai
menerima fenomena kejiwaan yang abstrak seperti id, ego dan ilusi methodological
behaviorism). Pendekatan ini memandang perilaku yang malasuai (maladjusted)sebagai
hasil belajar dari lingkungan secara keliru.
Konseling behavioral dikenal juga dengan modifikasi
perilaku yang dapat diartikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk mengubah
perilaku. Modifikasi perilaku dapat pula diartikan sebagai usaha menerapkan
prinsip-prinsip belajar maupun prinsip-prinsip psikologi hasil eksperimen lain
pada perilaku manusia. Menurut Wolpe, modifikasi perilaku adalah
prinsip-prinsip belajar yang telah teruji secara eksperimental untuk mengubah
perilaku yang tidak adaptif dilemahkan dan dihilangkan, perilaku adaptif
ditimbulkan dan dikukuhkan.
Selanjutnya, terapi ini berfokus pada perilaku yang
tampak dan spesifik. Dalam konseling, tingkah laku diidentifikasi dengan cermat
dan tujuan-tujuan konseling diuraikan dengan spesifik. Dalam konseling, konseli
belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptive, memperkuat
serta mempertahankan perilaku yang diinginkan, dan membentuk pola tingkah laku
dan memberi ganjaran yang menyenangkan segera setelah tingkah laku yang
diharapkan muncul. Cirri unik terapi tingkah laku adalah lebih berkonsentrasi
pada proses tingkah laku yang teramati/tampak dan spesifik, fokus pada tingkah
laku kini dan sekarang. Pendekatan ini berasumsi bahwa semua tingkah laku baik
yang adaptif maupun maladaptif dapat dipelajari . selain itu, belajar merupakan
cara efektif untuk mengubah tingkah laku maladaptif.
Modifikasi perilaku memiliki kelebihan dalam menangani
masalah-masalah yang dialami oleh individu, yaitu:
·
Langkah-langkah dalam
modifikasi perilaku dapat direncanakan terlebih dahulu. Rencana ini bisa
dibicarakan dengan konseli.
·
Perincian pelaksanaan
dapat diubah selama treatmen disesuaikan dengan kebutuhan konseli.
·
Bila berdasarkan
evaluasi sebuah teknik gagal memberikan perubahan pada konseli, teknik tersebut
dapat diganti dengan teknik lain.
·
Teknik-teknik konseling
dapat dijelaskan dan diatur secara rasional serta dapat diprediksi dan
dievaluasi secara objektif.
·
Waktu yang dibutuhkan
lebih singkat.
Dalam
memahami tingkah laku, terdapat beberapa model tingkah laku yang dipengaruhi
teori-teori psikologi. Model-model tingkah laku tersebut antara lain:
·
Model psikodinamika
Yaitu, tingkah laku
manusia ditentukan kehidupan dinamika intra-psikis individu (id, ego, super
ego). Contohnya: id: aku mau makan sekarang, superego: jangan lakukan itu,
menurut peraturan, tidak boleh makan ketika jam perlajaran, dan ego: sekarang
harus realistis tentang ini dan melakukan pengujian realita tentang kemungkinan
pemenuhan id.
·
Model biofisik
Yaitu, tingkah laku
ditentukan oleh organisasi neurologi, belajar perceptual motor, kesiapan
fisiologi, integrasi dan perkembangan sensori.
·
Model lingkungan
Yaitu, tingkah laku
ditentukan oleh interaksi antara individu dan lingkungan. Menurut pandangan
sosiologi: tingkah laku ditentukan oleh pengaruh lingkungan , sedangkan
pandangan ekologi: tingkah laku ditentukan oleh hubungan antara organism dengan
lingkungan.
·
Model tingkah laku
Yaitu, tingkah laku
dapat diobservasi dan diukur. Tingkah laku disebabkan oleh tekanan-tekanan
lingkungan. Asumsi: tingkah laku adalah konsekuensi dari prinsip-prinsip
penguatan (reinforcement).
3.
TUJUAN
KONSELING
Tujuan konseling
behavioristik
berorientasi pada pengubahan atau modifikasi perilaku konseli, yang di
antaranya untuk:
·
Menciptakan
kondisi-kondisi baru bagi proses belajar
·
Penghapusan hasil
belajar yang tidak adaptif
·
Memberi pengalaman
belajar yang adaptif namun belum dipelajari
·
Membantu konseli
membuang respons-respons yang lama yang merusak diri atau maladaptive dan
memperlajari respons-respons yang baru yang lebih sehat dan sesuai.
·
Konseli belajar
perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptive, memperkuat serta
mempertahankan perilaku yang diinginkan.
·
Penetapan tujuan dan
tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara konseli
dan konselor.
Dalam perumusan tujuan
konseling, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: tujuan
konseling dirumuskan sesuai keinginan konseli, konselor harus bersedia membantu
konseli –cara mencapai tujuan konseli, harus mempertimbangkan kemampuan konseli
untuk mencapai tujuan. Selain itu Cormier dan Cormier (1979) mengatakan bahwa
konselor dan konseli bersama-sama mengidentifikasi risiko yang berhubungan
dengan tujuan dan menilai risiko tersebut, bersama mendiskusikan kebaikan yang
diperoleh dari tujuan, dan konselor membantu konseli menajabarkan bagaimana dia
akan bertindak diluar cara-cara sebelumnya.
4.
FUNGSI
DAN
PERAN KONSELOR
Peran konselor dalam
konseling behavioral berperan aktif, direktif dan menggunakan pengetahuan
ilmiah untuk menemukan solusi dari persoalan individu. Konselor behavioral
biasanya berfungsi sebagai guru, pengarah dan ahli yang mendiagnosa tingkah
laku yang maladaptive dan menentukan prosedur yang mengatasi persoalan tingkah
laku individu. Dalam proses konseling, konseli yang menentukan tingkah laku apa
(what) yang akan diubah, sedangkan konselor menentukan cara yang
digunakan untuk mengubahnya (how).
Selain itu, konselor juga sebagai model bagi kliennya.
Bandura mengatakan bahwa sebagian besar proses belajar terjadi melalui pengalaman
langsung yang didapat melalui observasi langsung terhadap tingkah laku orang
lain. Ia berpendapat bahwa dasar fundamental proses belajar tingkah laku adalah
imitasi; dengan demikian konselor adalah model signifikan bagi kliennya.
Hakikatnya fungsi dan peranan konselor terhadap
konseli dalam teori behavioral ini adalah :
1. Mengaplikasikan
prinsip dari mempelajari manusia untuk memberi
fasilitas pada penggantian perilaku maladaptif
dengan perilaku yang lebih adaptif.
2. Menyediakan sarana untuk mencapai
sasaran konseli, dengan membebaskan seseorang dari perilaku
yang mengganggu kehidupan yang efektif sesuai dengan nilai
demokrasi tentang hak individu untuk bebas mengejar sasaran yang dikehendaki
sepanjang sasaran itu sesuai dengan kebaikan masyarakat
secara umum.
5.
PENGALAMAN KONSELI DALAM KONSELING
Hal unik dalam konseling Behavioristik adalah adanya peran konseli yang
ditentukan dengan baik dan menekankan pentingnya kesadaran dan partisipasi
konseli dalam proses konseling.
Keterlibatan konseli dalam proses konseling dalam kenyataannya menjadi
lebih aktif, dan tidak hanya sebagai penerima teknik-teknik yang pasif. Konseli
didorong untuk bereksperimen dengan tingkah laku yang baru, sebagai pengganti
tingkah laku yang salah suai.
6. HUBUNGAN KONSELOR DAN
KONSELI
Dalam kegiatan konseling, konselor memegang peranan aktif dan langsung. Hal
ini bertujuan agar konselor dapat menggunakan pengetahuan ilmiah untuk
menemukan masalah-masalah konseli sehingga diharapkan kepada perubahan perilaku yang baru. Sistem dan prosedur
konseling behavioral amat terdefinisikan, demikian pula peranan yang jelas dari
konselor dan konseli.
Konseli harus mampu berpartisipasi dalam kegiatan konseling, ia harus
memiliki motivasi untuk berubah, harus bersedia bekerjasama dalam melakukan
aktivitas konseling, baik ketika berlangsung konseling maupun diluar konseling.
Dalam hubungan konselor dengan konseli ada beberapa hal yang harus
dilakukan, yaitu :
1. Konselor memahami dan menerima
konseli
2. Antara konselor dan konseli
saling bekerjasama
3. Konselor memberikan bantuan dalam
arah yang diinginkan konseli.
7.
TEKNIK-TEKNIK
KONSELING
Teknik konseling
behavioral terdiri dari dua jenis, yaitu teknik untuk meningkatkan tingkah laku
dan untuk menurunkan tingkah laku. Teknik untuk meningkatkan tingkah laku
antara lain: penguatan positif, token economy, pembentukan tingkah laku (shaping),
pembuatan kontrak (contingency contracting), sedangkan tekhnik
konseling untuk menurunkan tingkah laku adalah: penghapusan (extinction),
time-out, pembanjiran (flooding), penjenuhan (satiation), hukuman
(punishment), terapi aversi (aversive therapy), dan disensitisasi
sistematis.
a)
Penguatan
positif (Positif Reinforcement)
Penguatan
positif adalah memberikan penguatan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang
diinginkan ditampilkan yang bertujuan agar tingkah laku yang diinginkan
cenderung akan diulang, meningkat dan menetap dimasa yang akan datang. Reinforcement positif, yaitu
peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkah laku yang dikehendaki berpeluang
diulang karena bersifat disenangi. Dalam memahami penguatan positif, perlu
dibedakan dengan penguatan negative yaitu menghilangkan aversive stimulus
(negative reinforcement) yang biasa dilakukan agar tingkah laku yang
diinginkan berkurang dan tingkah laku yang diiinginkan meningkat. Reinforcement
negative, yaitu peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkah laku yang
dikehendaki kecil peluang untuk diulang. Reinforcement dapat bersifat tidak
menyenangkan atau tidak memberi dampak pada perubahan tingkah laku tujuan.
Prinsip-Prinsip
Penerapan Penguatan Positif ( Reinforcement Positif)
Dalam
menggunakan penguatan positif, konselor perlu memperhatikan prinsip-prinsip
reinforcement agar mendapat hasil yang maksimal. Prinsip-prinsip tersebut
adalah:
·
Penguatan positif
tergantung pada penampilan tingkah laku yang diinginkan.
·
Tingkah laku yang
diinginkan diberi penguatan segera setelah tingkah laku tersebut ditampilkan.
·
Pada tahap awal, proses
perubahan tingkah laku yang diinginkan diberi penguatan setiap kali tingkah lak
tersebut ditampilkan
·
Ketika tingkah laku
yang diinginkan sudah dapat dilakukan dengan baik, penguatan diberi secara
berkala dan pada akhirnya dihentikan.
·
Pada tahap awal ,
penguatan sosial selalu diikuti dengan penguatan yang berbentuk benda.
·
Tingkah laku itu
dipelajari dan merupakan hasil belajar.
Hubungan
Penguatan Dan Tingkah Laku
·
Reinforcement diikuti
oleh tingkah laku (Grandma’s law)
·
Tingkah laku yang
diharapkan harus diberi reinforcement segera setelah ditampilkan
·
Reinforcement harus
sesuai dan bermakna bagi individu atau kelompok yang diberi reinforcement
·
Pujian atau hadiah yang
keciltapi banyak lebih efektif dari yang besar tapi sedikit.
Penerapan
Penguatan Positif Yang Efektif
Untuk
menerapkan penguatan yang efektif , konselor perlu mempertimbangkan beberapa
syarat diantaranya adalah :
·
Memberikan penguatan
dengan segera
·
Penguatan akan memiliki
efek yang lebih bermakan bila diberikan segera setelah tingkah laku yang
diinginkan dilakukan oleh konseli. Alasan pemberian penguatan dengan segera
adalah untuk menghindari terdapat tingkah laku lain yang menyela tingkah laku
yang diharapkan. Dengan demikian tujuan pemberian penguatan terfokus pada
tingkah laku yang diharapkan.
·
Memilih penguatan yang
tepat
·
Mengatur kondisi
situasional
·
Menentukan kualitas penguatan
·
Memilih kualitas dan
kebaruan penguatan
·
Memberikan sampel
penguatan
·
Menangani persaiangan
asosiasi
·
Mengatur jadwal
penguatan
·
Mempertimbangkan efek
penguatan terhadap kelompok
·
Menangani efek kontrol
kontra
Langkah-langkah
Pemberian Penguatan (Reinforcement)
1.
Mengumpulkan informasi
tentang permasalahan melalui analisis ABC
·
Antecedent (pencetus
perilaku)
·
Behavioral (perilaku
yang dipermasalahkan , frekuensi, intensitas, dan durasi)
·
Consequence (akibat yang
diperoleh dari perilaku tersebut)
2.
Memilih perilaku target yang ingin diamati
3.
Menetapkan data awal
(baseline) perilaku awal
4.
Menentukan
reinforcement yang bermakana
5.
Menetapkan jadwal
6.
Pemberian reinforcement
7.
Penerapan reinforcement
positif
Ilustrasi
kasus
·
Rika sering terlambat
mauk sekolah
·
Ibu tidak berhasil
mendorong Rika untuk bersiap-siap lebih cepat
·
Ibu mempersiapkan
hadiah dengan menyatakan “kalau Rika siap tepat waktu 06.30 akan mendapat
boneka cantik
·
Pada saat Rika siap
pukul 06.30 , ibu memberi boneka cantik. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai
terbentuk perilaku yang diharapkan atau target perilaku
·
Kelemahannya adalah
bila dalam jangka waktu yang lama hadiah boneka dihilangkan, anak memiliki kemungkinan
akan kembali terlambat
·
Perilaku yang muncul
semata-mata karena hadiah. Hal ini merupakan prinsip belajar Classical
Conditioning Pavlov
·
Bila menggunakan
prinsip operan conditioning Skinner. Reinfoecemeent diberikan pada saat anak
secara mandiri berperilaku yang diharapkan. Perilaku akan cenderung menerap,
karena kesadaran muncul dari diri sendiri
Jadwal
pemberian penguatan
·
Penguatan berkelanjutan
yaitu diberikan setiap tingkah laku muncul. Bila reinforcement dihentikan maka
tingkah laku akan cepat hilang
·
Penguatan
berselang-seling yaitu diberikan berselang-seling:
v Interval
tetap : reinforcement diberikan berselang teratur , misalnya setiap 5 menit. Lama-lama merpati
enggan mematuk setelah 5 menit.
v Interval
berubah: reinforcement diberikan pada waktu tidak tentu, misalnya berselang
3,4,5,6,dan 7 menit. Penghapusan lebih lambat dibandingkan interval tetap
v Perbandingan
tetap :reinforcement sesudah respon yang dikehendaki akan muncul kesekian
kalinya, misalnya setelah patukan ke 10 atau ke 12 dan seterusnya.
v Perbandingan
perubahan :reinforcement diberikan secara acak sesudah 8,9,10,11,12 kali dengan
rata-rata sama dengan perbandingan tetap penghapusan pada rasio variabel paling
lambat terjadi.
b) Kartu berharga (Token
Economy)
Kartu
berharga merupakan teeknik konseling
behavioral yang didasarkan prinsip operan conditioning Skinner yang termasuk
didalamnya adalah penguatan. Token Ekonomi adalah strategi menghindari
pemberian reinforcement secara langsung, token merupakan penghargaan yang dapat
ditukar kemudian dengan berbagai barang yang diinginkan oleh konseli. Token
Economi bertujuan untuk mengembangkan perilaku adaptif melalui pemberian
reinforcemen dengan token. Ketika tingkah laku yang diinginkan telah cenderung
menetap, pemberian token dikurangi secara bertahap (Corey 1986,p 185)
Menerut
Correy pemberian Token Ekonomi dapat diaplikasikan ketika penghargaan
reinforcement sosial tidak berhasil. Penggunaan tingkah lakunya mempunyai
beberapa keuntungan antara lain :
·
Token tidak mengurang
nilai intensif , terutama ketika kekuatan memperoleh (earning power)dan
nilainya meningkat seiring dengan peningkatan perilaku
·
Token dapat mengurangi
penundaan antara tingkah laku yang diinginkan dengan hadiah
·
Token dapat digunakan
sebagai motivator konkrit untuk mengubah tingkah laku tertentu
·
Token adalah bentuk
dari penguatan positif
·
Individu memiliki
kesempatan untuk mentukan bagaimana menggunakan token yang didapatkan
·
Token Economi dapat
mengarah kepeningkatan moral konseli dan staf
·
Sistem token dapat
memungkinakan untuk mengukur penguatan sosial.
·
Token menjadi jembatan
antara institusi dan kehidupan diluar sekolah
Langgkah-langkah
Penerapan Token Economi
·
Membuat analisis ABC
·
Menetapkan target
perilaku yang akan dicapai bersama konseli
·
Penetapan besaran harga
atau poin ynag sesuai dengan perilaku target
·
Penetapan saat kapan
token diberikan kepada konseli
·
Menetapkan perilaku
awal program
·
Memilih reinforcement
yang sesuai bersama konseli
·
Memilih tipe token yang
akan digunakan , misalnya: bintang, stempel, dan kartu
·
Mengidentifikasi pihak
yang terlibat dalam program seperti staf sekolah, guru, relawan, siswa, anggota
token economi
·
Menetapkan jumlah dan
frekuensi penukaran token misal 25-75 token perorang, dan menurun samapai 15-30
token perhari
·
Membuata pedoman
pelaksanaan token ekonomi (perilaku mana yang akan diberi penguatan, bagaimana
cara memberi penguatan dengan token, kapan waktu pemberian, berapa jumlah token
yang berhasil diperoleh, data apa yang harus dicatat , siapa administratornya,
dan bagaimana prosedur evaluasinya)
·
Pedoman diberikan
kepada konseli dan staf
·
Lakukan monitoring
c)
Pembentukan
(Shaping)
Shaping
adalah membentuk tingkah laku baru yang sebelumnya belum ditampilkan dengan
memberikan reinforcement secara sistematik dan langsung setiap tingkah laku
ditampilkan. Tingkah laku diubah secara bertahap.
Langkah
– langkah penerapan shaping
Langkah
– langkah pembentukan tingkah laku (shaping)
adalah sebagai berikut :
·
Membuat analisis ABC
·
Penetapkan target
perilaku spesifik yang akan dicapai bersama kanseli.
·
Tentukan bersama jenis
reinforcement positif yang akan digunakan.
·
Membuat perencanaan
dengan membuat tahapan pencapaian perilaku mulai dari perilaku awal sampai
perilaku akhir (misalnya bolos menjadi tidak bolos)
·
Perencanaan dapat
dimodifikasi selama berlangsungnya program shaping.
·
Penetapan waktu
pemberian reinforcement pada setiap tahap program, misal setelah berapa kali
percobaan perilaku targer dalam satu tahap.
Penerapan
perencanaan shaping
·
Konseli harus
diberitahu sebelum perencanaan dilakukan.
·
Beri penguatan segera
pada saat awal perilaku.
·
Jangan pindah ke tahap
berikut sebelum konseli menguasai perilaku pada satu tahap.
·
Bila beum yakin
menguasai perilaku konseli, dapat digunakan aturan; perpindahan tahap bila
sudah benar 6 dri 10 percobaan.
·
Jangan terlalu sering
memberi penguatan padasetiap tahap, dan tidak memberi penguatan pada tahap
lainnya.
·
Kalau konseli berhenti
bekerja, maka konselor dapa berpindah cepat ke tahap berikut. Mungkin tahapan
tidak tepat atau reinforcement tidak efektif.
·
Cek efektivitas
penguatan.
·
Atau apakah tahapan
terlalu rendah.
·
Atau perpindahan
tahapan terlalu cepat, sehingga harus kembali pada tahap sebelumnya.
·
Bila untuk melanjutkan
konseli mendapat kesulitan, maka dilatih ulang pada tahap yang dirasa sulit.
Faktor
yang mempengaruhi efektivitas shaping
Faktor
– faktor yang mempengaruhi efektivitas pembentukan tingkah laku (shaping) antara lain:
·
Spesifikasi perilaku
akhir yang ingin dicapai. Ketepatan pemilihan perilaku yang spesifik akan
mempengaruhi ketepatan hasil.
·
Memilih periaku awal.
Hal ini bertujuan untuk menetapkan level pencapaian awal yang dimiliki, karena
program shaping bertujuan untuk
mencapai perilaku secara bertahap.
·
Memilih tahapan shaping, mulai perilaku awal bergerak ke
perilaku akhir. Contoh pada anak belajar mengucap kata daddy. Mulai dari daa – da da – dad – dad ee – daddy.
Ø Tidak
ada pedoman yang ideal; berapa kali percobaan dari satu langkah ke langkah
berikutnya.
Ø Tidak
ada pedoman yang ideal; berapa banyak tahapan yang harus digunakan pada program
shaping.
Ø Penetapan
ditentukan fleksibel sesuai kecepatan belajar konseli.
·
Ketepatan jarak waktu
perpindahan tahapan.
Ø Perpindahan
dari langkah pertama ke langkah berikutnya harus sesuai dengan tahapan, jangan
terlalu cepat dan jangan terlalu lambat. Upayakan pindah saa perilaku sudah
mantap.
Ø Penetapan
setiap tahapan jangan terlalu dekat/kecil jaraknya.
Ø Tapi
kalau terlanjur terlalu cepat pindah tahap dan perilaku yang diharapkan hilang
atau tidak muncul, maka kembali ke tahap sebelumnya.
d) Pembuatan kontrak (Contigency Contracting)
Pembuatan
kontrak adalah mengatur kondisi sehingga konseli menampilkan tingkah laku yang
diinginkan berdasarkan kontrak antara konseli dan konselor.
Prinsip
dasar kontrak
·
Kontrak disertai dengan
penguatan.
·
Reinforcement diberikan
dengan segera.
·
Kontrak harus
dinegosiasikan secara terbuka dan bebas serta disepakati antara konseli dan
konselor.
·
Kotrak arus fair.
·
Kontrak harus jelas
(target tingkah laku, freuensi lamanya kontrak).
·
Kontrak dilaksanakan
secara terintegrasi dengan program sekolah.
Langkah
– langkah pembuatan kontrak
·
Pola tingkah laku yang
akan diubah dengan melakukan analisis ABC.
·
Tentukan data awal (baseline data) (tingkah laku yang akan
diubah).
·
Tentukan jenis
penguatan yang akan diterapkan.
·
Berikan reinforcement
setiap kali tingkah laku yang diinginkan ditampilkan sesuai jadwal kontrak.
·
Berikan penguatan
setiap saat tingkah laku yang ditampilkan menetap
0 Komentar untuk "sedikit berbagi rahasia tentang sifat-sifat manusia dan cara untuk merubahnya dalam ilmu konseling. tingkah laku manusia menurut teori behavior bagaimana ya... yuk cek cek "