TopMenu

Follow Us

Rabies - Gejala, Penyebab, Penularan, dan Pencegahan - Radardokter

RABIES

Pendahuluan
Rabies adalah suatu penykit yang dapat menyerang pada susunan saraf pusat. Karena gejalanya yang khas, yaitu penderita menjadi takut pada air, penyakit rabies sering kali disebut juga hidrofobia. Rabies sebenarnya merupakan penyakit hewan berdarah panas yang dapat menularkan pada manusia. Meskipun angka kesakitan relatif rendah, penyakit ini menjadi perhatian dunia karena kefatalan yang sangat tinggi hampir mencapai 100%. Hal ini menyebabkan kejadian rabies merupakan terror bagi penderita dan dokter.

Epidemiologi
Penyakit rabies tersebar di seluruh dunia dengan frekuensi kasus dan spesifikasi vektor penular yang berbeda di setiap negara. Di amerika serikat ada beberapa kota yang bebas rabies (Philadelphia dan New York), tetapi sebagian besar Negara bagian melaporkan kasus rabies pada binatang. Pada tahun 1975 dilaporkan terjadi 25 kasus rabies pada anjing. Vector utama di amerika utara adalah rubah, raccoon, dan kelalawar. Di amerika latin dan tengah, kelalawar penghisap darah ternak adalah vector utama penyakit selain anjing, rubah juga merupakan hewan penular di Eropa, sedangkan di wilayah asia dan afrika, anjing merupakan vector terbanyak yang ditemukan.

Etiologi
Penyebab pada penyakit rabies adalah virus rabies yang termasuk family rhabdovirus. Bentuknya menyerupai peluru, berukuran 180 nm dengan diameter 75 nm, dan pada permukaan terlihat struktur seperti paku dengan panjang 9 nm. Virus ini tersusun dari RNA, protein, lemak, dan karbohidrat. Virus rabies tidak dapat bertahan lama di luar jaringan hidup virus mudah mati oleh sinar ultraviolet dan sinar matahari. Dengan pemanasan 60oC selama 5 menit, virus rabies akan mati. Virus ini tahan terhadap suhu yang dingin, bahkan dapat bertahan beberapa bulan pada suhu -4oC.
Pada suhu kamar, virus dapat bertahan hidup sampai  berminggu-minggu pada larutan gliserin pekat. Bila konsentrasi gliserinnya hanya 10%, maka virus akan cepat mati. Virus tidak akan bertahan hidup lama pada pelarut lemak seperti air sabun, detergen, kloroform, atau eter

Penularan
Sumber penularannya 90% dari anjing, 6% dari kucing, dan 4% dari monyet dan hewan yang lain. Setelah menyerang dan mengakibatkan radang otak, virus akan menyebar ke air liur penderita rabies. Pada anjing, virus ditemukan kurang dari lima hari sebelum timbulnya gejala. Gigitan hewan terinfeksi bisa langsung menularkan penyakit. Cakaran hewan yang terinfeksi perlu diwaspadai karena kebiasaan hewan yang menjilati cakarnya.

Masa inkubasi pada hewan hampir sama dengan masa inkubasi pada manusia. Pada manusia, masa inkubaasi virus rabies ini sekitar 20-90 hari. Beberapa literatur yang menyatakan 30-60 hari. Masa inkubasi dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya:

  • Virulensi/strain virus (strain challence virus standard (CVS), lagos, mokola, duvenhage)
  • Banyak sedikitnya virus
  • Jarak lokasi gigitan dengan kepala (susunan saraf pusat)
  • Jumlah luka gigitan
  • Dalam dan luasnya luka gigitan
  • Jumlah saraf pada luka gigitan
  • Respon imun penderita

kurang lebih 2 minggu, kemudia virus akan bergerak menuju ujung saraf posterior untuk menuju ke otak, dalam perjalanannya, virus akan bereplikasi (memperbanyak diri). Di otak, virus akan menempati bagian neuron saraf pusat terutama di hipotalamus, batang otak, dan pada system limbic.

Selanjutnya, virus akan bergerak menuju saraf tepi melalui saraf eferen, volunteer, dan otonom, untuk mencapai hampir semua organ terutama pada kelenjar air liur, air mata, dan ginjal. Pergerakan virus tidak melalui pembuluh darah dan pembuluh limfe. Pada saat perjalanan virus ke otak, tubuh penderita belum menunjukan gejala-gejala terserang penyakit. Setelah berkembang baik di otak, jumlah virus akan cukup signifikan untuk menyebabkan gangguan fungsi. Adanya virus pada system limbik yang mengontrol emosi akan menyebabkan penderita kehilangan kontrol kesadaran emosinya. Pada hewan, hal ini akan menyebabkan serangan pada pihak lain secara tiba-tiba tanpa provokasi sebelumnya.

Gejala dan Tanda

A. Pada manusia
Gejala awal biasanya tidak jelas. Pasien merasa tidak enak dan gelisah. Gejala yang menonjol adalah rasa nyeri, panas, dan gatal di sekitar luka, kemudia bisa diikuti kejang, demam, sulit menelan, dan sakit kepala. Apabila telah terjadi kelumpuhan otot pernapasan, maka penderita dapat terancam meninggal. Gejala khas lainnya adalah hidrofobia yaitu ketakutan yang dialami penderita terhadap air yang bisa sampai terjadi kejang bila berdekatan dengan air. Gejala aerofobia dapat juga terjadi yaitu rangsangan aliran udara seperti dari kipas angin pada muka pasien yang dapat menyebabkan spasme.

B.  Pada hewan (anjing peliharaan)
Hewan terinfeksi mengeluarkan banyak liur karena sulit menelan. Anjing sering kali menjepit ekor diantara kedua kakinya atau bertingkah laku aneh seperti tidak mengenali majikannya sendiri. Selain itu anjing yang biasa keluar malam akan lebih sering keluar pada siang hari. Anjing yang awalnya jinak bisa menjadi ganas ia akan menyerang apa saja yang bergerak dan takut terhadap air (hidropebia).
Jika terdapat tanda-tanda diatas maka yang harus dilakukan adalah menangkap anjing tersebut untuk di isolasi dan di observasi selama 10 hari apabila anjing yang di observasi mata, maka anjing tersebut kemungkinan besar terkena rabies dan harus segera di bawa ke laboratorium agar diotopsi untuk memastikan diagnosis.
Diagnosis rabies pada manusia ditegakan berdasarkan dua cara yaitu:

1. Klinis, terbagi menjadi 3 stadium, meliputi:

  1. Prodromal, dengan gejala nyeri kepala, demam, hipersalivasi, dan fotofobia
  2. Eksitasi, dimana reflex mulai meningkat, sulit menelan, agresif, dan hidrofobia
  3. Paralitik, dimulai dengan munculnya kelumouhan flasid di tempat gigitan, kelumpuhan yang dimulai dari ujung anggota gerak terus kearah pangkal, dan bisa sampai terjadi kelumpuhan otot-otot pernapasan.

2. Pemeriksaan laboratorium, melalui
Isolasi virus rabies yang didapatkan dari spesimen air liur, cairan serebrospinal, air mata, jaringan mukosa mulut atau urin penderita
FAT (fluorescent antibody test) adalah pemeriksaan berdasarkan antigen virus pada spesimen tersebut di atas, hasilnya bisa negative bila antibody sudah terbentuk.
Mikroskopis seller, adalah pemeriksaan mikroskopis untuk menemukan negri body dimana hegri body adalah tanda khas infeksi virus rabies pada sel tubuh.
Biologis, adalah inokulasi spesimen ke dalam jaringan otak pada tikus putih. Setelah tikus mati, dilanjutkan pemeriksaan ulang dengan metode FAT dan mikroskopis seller.

Pengobatan dan tatalaksana

a. Identifikasi luka
Luka risiko rendah, adalah jilatan pada luka kecil di kulit badan dan anggota gerak atau jilatan pada luka lecet  yang di akibatkan garukan.
Luka risiko tinggi, adalah jilatan pada mukosa (selaput lendir) utuh; jilatan pada luka muka, leher dan kepala, luka gigitan pada leher, muka dan kepala; luka gigitan pada jari kaki dan tangan; luka gigitan pada daerah genitalia dan luka gigitan yang dalam, lebar, atau banyak

b.  Tata laksana luka
Pencucian luka: karena virus rabies masih dapat menetap pada luka gigitan selama 2 minggu sebelum kemudian bergerak ke ujung saraf posterior, ,aka pencucian sangat penting untuk mencegah infeksi. Pencucian dilakukan dengan air mengalir, memakai sabun atau detergen selama 15 menit.
Pemberian antiseptik: setelah dicuci, luka diberi antiseptik seperti alcohol 70%, povidon ioodin, obat merah, dsb.
Tindakan penunjang: dilakukan jahit situasi pada luka yang dalam dan lebar untuk menghentikan perdarahan. Sebelum dijahit, luka harus diberikan suntikan SAR terlebih dahulu.

c. Pemberian VAR (vaksin anti rabies), atau SAR (serum anti rabies) dan VAR

  1. Pada luka risiko rendah: VAR diberikan pada semua penderita kasus gigitan HPR yang belum pernah mendapatkan Vaksin Anti Rabies. sejumlah 0,5 mL VAR disuntikan IM pada regio deltoideus anak kanan dan kiri, sedangkan pada bayi disuntikan pada pangkal paha. Penyuntikan diberikan 4 kali (hari ke-0 2x pada pangkal lengan kanan kiri, hari ke-7 1x dan hari ke-21 1x); sedangkan pada penderita yang sudah pernah mendapatkan VAR lengkap sebelum 3 bulan tidak perlu diberi VAR, bila sudah berusia 3 bulan sampai 1 tahun maka perlu diberikan VAR 1x, dan bila sudah berusia lebih dari 1 tahun maka perlu diberikan VAR lengkap karena dianggap sebagai penderita baru.
  2. Pada resiko tinggi: perlu diberikan VAR dan SAR, Var di suntikan sebagaimana pada luka risiko rendah ditambah ulangan 1x pada hari ke-90. SAR disuntikan disekitar luka gigitan dan sisanya secara IM dengan dosis 0,1 mL/kgBB pada hari ke-0 bersamaan dengan pemberian Vaksin anti rabies

d. Perawatan kasus
Penderita yang menunjukan gejala rabies harus dirawat di rumah sakit dan ruang isolasi. Ruangan sebaiknya gelap dan tenang. Pengobatan dan perawatan ditunjukan untuk mempertahankan hidup penderita. Petugas kesehatan (dokter dan perawatan) yang menangani seharusnya memakai alat perlindungan diri dari kemungkinan tertular seperti: kacamata plastic, sarung tangan karet, masker, dan jas laboratorium lengan panjang. Apabila diperlukan, vaksinasi pencegahan dapat diberikan untuk petugas kesehatan dengan VAR 2x (hari ke-0 dan hari ke-28) dengan dosis dan cara pemberian yang sama dengan pemberian VAR pada luka. Ulangan dapat diberikan 1 tahun setelah pemberian 1 dan setiap 3 tahun.

e. Penanganan jenazah
Dalam menangani jenazah penderita rabies, petugas harus tetap memperhatikan norma agama, budaya, dan peraturan perundang yang berlaku. Petugas sebaiknya menggunakan alat perlindung diri saat memandikan jenazah dan mencuci tangan dengan sabun/detergen setelah selesai.

Pencegahan
Vaksinasi anjing peliharaan dan eliminasi anjing liar perlu dilakukan. Orang dengan risiko tinggi seperti dokter hewan, pekerja laboratorium, dan anak-anak (yang dianggap sering berhubungan dengan hewan peliharaan) juga perlu diimunisasi. Pada daerah endemic rabies, gigitan anjing tanpa provokasi (anjing tidak diganggu) harus dianggap menularkan rabies. Dokter akan ditangani oleh petugas dari dinas peternakan.
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Rabies - Gejala, Penyebab, Penularan, dan Pencegahan - Radardokter"

 
Copyright © 2015 Radardokter - All Rights Reserved
Template By Kunci Dunia
Back To Top